Selasa, 26 Mei 2009

Seandainya Mahasiswa atau Sarjana UGM jadi Pengusaha, Apakah Menyalahi Cita-cita Institusi UGM ?

Sebagai warga UGM, kita semua tentunya sudah tidak asing lagi dengan Visi UGM untuk menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan dengan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. Saya ingin menggaris bawahi tentang cita-cita menjadi universitas riset atau Research University diatas. Dengan visi tersebut mungkin UGM bermaksud untuk mendorong  civitas akademika (terutama dosen dan mahasiswa) untuk giat melakukan riset.
Sebagian besar diantara kita mungkin masih membayangkan bahwa yang dimaksud dengan riset atau penelitian hanya sebatas aktivitas riset di laboratorium atau mungkin riset di lapangan, sehingga lulusan yang dihasilkan nantinya hanya berkutat pada hal-hal yang berbau riset di laboratorium atau riset di lapangan saja, misalnya sebagai dosen, peneliti, Quality Control, dan sejenisnya. Kalau masih berpendapat seperti itu, ada baiknya mulai sekarang pendapat tersebut harus dicerahkan dan diluruskan. Mengapa ?
Sesungguhnya, aktivitas riset di laboratorium atau riset di lapangan hanyalah merupakan salah satu jenis riset saja. Pada hakekatnya, riset atau penelitian adalah upaya untuk mengungkapkan kebenaran atau upaya untuk mencari solusi dari suatu masalah, atau bahkan hanya upaya untuk mengungkapkan suatu fenomena tertentu, yang tahapan-tahapannya melalui kaidah atau berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Prinsip-prinsip ilmiah tersebut meliputi identifikasi masalah, kajian teoritis berdasarkan pustaka atau refferensi, dan penyusunan metode risetnya (strategi penyelesaian masalah yang meliputi bahan, alat, tempat / lokasi riset, metode analisis, pengolahan data). Penerapan kaidah-kaidah riset inilah yang harus kita pahami bersama tentang maksud dibalik universitas riset diatas. Kaidah riset tersebut dapat diterapkan dimana saja dan dalam bidang apa saja, baik yang bersifat riset/penelitian dasar, eksplorasi, maupun penelitian aplikatif, bahkan dalam bidang lainnya sekalipun.

Kalau direnungkan, sesungguhnya nenek moyang leluhur kita  juga termasuk peneliti hebat. Beliau-beliau itu berhasil menemukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari juga berdasarkan kaidah-kaidah riset (identifikasi masalah). Munculnya masalah yang selalu berulang dan selalu terjadi mendorong mereka untuk mencari solusinya, meskipun kadang-kadang solusi tersebut ditemukan karena faktor "niteni" atau mengamati dengan seksama kejadian-kejadian yang selalu berulang (bukan karena faktor kebetulan). Tahapan proses kaidah riset tersebut umumnya hanya diolah dalam pemikiran saja dan solusinya berdasarkan coba-coba (trial and error) yang  tidak didokumentasikan layaknya sebuah karya riset, sehingga seringkali kita tidak menyadari bahwa penemuan tersebut sesungguhnya lahir karena penerapan kaidah riset. Sampai sekarangpun, saya percaya ada banyak sekali di sekitar kita penemuan-penemuan yang lahir berdasarkan kaidah riset meskipun tidak didokumentasikan.
Bagaimana dengan seorang entrepreneur ?.  Menurut hemat saya, seorang entrepreneur adalah orang yang mampu mengembangkan hasil-hasil riset yang aplikatif. Jangan diabaikan bahwa sesungguhnya seorang entrepreneur juga menerapkan kaidah-kaidah riset, terutama bagi entrepreneur pemula. Bagi seorang entrepreneur pemula, biasanya  rencana bisnis yang  dijalankan dilandasi dengan kajian tentang berbagai aspek, misalnya aspek pasar, aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek SDM, dan lain-lain yang kesemuanya itu dilandasi kaidah-kaidah riset. Setelah cukup berpengalaman, biasanya kaidah riset tersebut juga masih tetap dilakukan hanya saja tidak kelihatan dan  seolah hanya sepintas sehingga proses pengambilan keputusannya begitu cepat. Jadi, pada tahap ini biasanya intuisi bisnis seorang entrepreneur sangat berperanan penting dalam pengambilan keputusan bisnis.
Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa apabila mahasiswa atau sarjana UGM pada akhirnya menjadi seorang entrepreneur, menurut hemat saya tidaklah menyalahi harapan intitusi UGM sebagai universitas riset, karena kelahirannya berdasarkan kaidah-kaidah riset.  Kelahiran mereka-mereka ini sangatlah dinanti-nantikan untuk membantu mengatasi masalah pengangguran nasional yang saat ini kondisinya semakin memprihatinkan. Semoga uraian ini semakin memperteguh dan memotivasi mahasiswa atau sarjana UGM untuk menjadi seorang entrepreneur berkualitas, amiin.
Sebagai bahan renungan bersama, tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara sangat ditentukan oleh jumlah entrepreneur yang ada.  Di Amerika Serikat, jumlah entrepreneurnya mencapai 11,5 % jumlah penduduk, sedangkan di Singapore mencapai 7,2 % dari jumlah penduduk. Bagaimana dengan di Indonesia ?. Percaya atau tidak, jumlah entrepreneur di Indonesia hanya 0,18 %  dari jumlah penduduk. Jadi, kita bisa menilai sendiri mengapa masyarakat Indonesia sampai saat ini masih jauh dari kemakmuran dan kesejahteraan.  Apakah kondisi ini akan kita biarkan berlarut-larut ?. Mari kita menyadarinya dan bertekad untuk berubah. Kuncinya hanya satu, yaitu budayakan dan kembangkan entrepreneurship. Hidup Entrerpreuner mahasiswa dan Hidup Entrepreneur Sarjana !!!

5 komentar:

  1. Hmmm...Sekarang justru UGM lagi gencar mendidik entrepreneur kan..jadi research university itu mungkin untuk label agar para peneliti lebih giat melahirkan penemuan yang memajukan Indonesia..tetapi yang lebih penting lagi adalah melahirkan lulusan siap kerja, baik di perusahaan atau pembuat perusahaan kan?

    BalasHapus
  2. [...] the whole article on : Seandainya Mahasiswa atau Sarjana UGM jadi Pengusaha, Apakah Menyalahi Cita-cita Institusi UGM ? Related topics : mahasiswa, peluang bisnis, riset, situs bisnis, ugm var [...]

    BalasHapus
  3. Untuk jd entreprenur memang butuh riset pak, kami tidak menyangkal itu... selama kami menjalankan bisnis kaos anak ini... banyak riset yang kami lakukan, seperti perilaku konsumen, hari baik dan hari buruk (maksudnya pas rame2nya dan pas sepi2 nya...hehehe, bahkan sampai hal detail seperti ukuran baju, model,warna, session (musim apa?liburan?musim bokek...)tren, sampe milih karyawan pun kami riset. wahahaha... untung.. pernah kuliah di TP jd ya lumayan bisa lah maksudnya semangatnya gituuu...
    Tapi riset gak harus ditangani sendiri oleh pelaku usaha, bisa pake tangan laen.. hegegege... kayak saya ni gak pinter... tapi saya bisa pake temen2 yang lebih pinter dari saya..

    hihihihi.. kalo semua makhluk UGM jd entreprenur saya dukung sepenuhnya untuk memperbaiki kehidupan bangsa ini... butuh individu yang fight, kreatif dan mau berubah...


    SIIIIPP PAK..

    BalasHapus
  4. Tidak apa-apa pak. Justru lebih baik begitu. Kalo dididik jadi ustadz semua aku juga setuju. Jika semua mahasiswa jadi interprener, kan interprenernya jadi banyak to pak :roll: :D ^O^ Lanjutken.

    BalasHapus